GOKIL TENTANG KOMPUTER: my picture n family

Sabtu, 13 November 2010

my picture n family

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TEMAN-TEMAN KALAU ADA KEKURANGAN TENTANG KARYA TULIS Q BUTUH TANGGAPAN DARI KALIAN.......... KALAI BISA DI KOMENTARI YEAH...............
BY:SAGITARIUS
:08-12-93

]]>

(ARTI SAHABAT)
29"NOV"2009

Shabat Adlah Segala2'y ,,,,,,,,,,,,,Degan Ada'y Sahabat Baik Dan Dekat Sama Kita !! kita Bisa Tau Di Mana Kekurangan kita,,,,,,,,,,,,,,dan kita bisa menceritakan'nya semua tentang kita degan shabat...........dan shabat juga haruz bisa mengerti ke adaan kita,,,,,,,,,,,,, kita berteman bukan melihat dari kekayaan dan kemiskinan,,,,,,,,,,,,, tetapi dari hati kita,,,,,,,,,,,,, itulh yg di ktakn dgn shabat,,,,,,,,,,,thanks sahabat. Saya sangat senang dgn adanya sahabat karna di saat saya lagi membutuhkan mereka,mereka selalu siap untuk membantu,jadi saya sarankan ke pada friend-friend semua agar bisa mencari teman baik,krna di atas dunia ini sangatlah susah mencari teman yang baik dan mudah mengerti. bagaimana dengan pepatah mengatakan Hidup Tanpa Teman Bagaikan Bunga Yang Tak Di Siram.............................. begitulah hidup di dunia ini ,,,,,,,, bagaikan sebuah bunga yang tak di siram maka ia akan mati.......... begitu juga dengan manusia......... tiada teman hidup terasa hampa............... apalagi tidak ada seorang kekasih hidup terasa bagaikan batu retak..................... terima kasih teman2 .............. yang sudah meu melihat sebuah karya tulis yang asal-asalan ini?? ::

hijaunya indonesiaku

Hijo - Hijaunya Orang Indonesia
Belanda

Aug 8, '08 6:04 AM
for everyone

Student Hijo
Karya ades putra

Terbit 2000 oleh Yayasan Aksara Indonesia | Cetakan pertama: 1918 | Binding: Paperback | ISBN: 9799581729 (isbn13: 9789799581723) | Halaman: 212

Student Hijo karya Marco Kartodikromo terbit pertama kali tahun 1918 melalui Harian Sinar Hindia, dan muncul sebagai buku tahun 1919. Merupakan salah satu perintis lahirnya sastra perlawanan, sebuah fenomena dalam sastra Indonesia sebelum perang.

SUNGGUHPUN klasik karya ini karena ditulis ketika Mas Marco baru berumur 26 tahun, tapi plot cerita dan karakter tokoh di dalamnya sama sekali kurang menggigit. Barangkali karena harapan berlebih pada figur murid Tirto Adhi Soeryo ini menyebabkan caraku membaca novel ini menjadi bias, penuh dengan harapan-harapan adanya kisah-kisah heroik dan membangkitkan semangat, yang nyata-nyata tidak ada di dalamnya.

Dikisahkan dalam novel ini tentang Hijo, anak muda dari kalangan priyayi Jawa. Ayah Hijo, Raden Potronojo, berniat mengirim Hijo ke Belanda untuk sekolah. Dengan berangkat ke Belanda, Hidjo diharap bisa mengangkat derajat keluarganya. Meskipun sudah menjadi saudagar yang berhasil dan bisa menyamai gaya hidup kaum priyayi murni dari garis keturunan, tidak lantas kesetaraan status sosial diperoleh, khususnya di mata orang-orang yang dekat dengan gouvernement, pemerintah kolonial.

Sampai di Belanda, mata dan pikiran Hijo terbuka lebar. Hijo sang kutu buku yang terkenal "dingin" dan mendapat julukan "pendito" sampai onzijdig, banci, akhirnya pun terlibat hubungan seksual di luar nikah dengan Betje, putri directeur salah satu maatschapij yang rumahnya ditumpangi Hijo selama studi di Belanda. Pertentangan batin karena melakukan aib dan panggilan pulang ke Jawa akhirnya menguatkan Hijo untuk memutuskan tali cinta pada Betje. Persoalan menjadi sedikit berliku ketika perjodohan dengan Raden Adjeng Biroe yang masih sanak keluarga, meskipun sesungguhnya Hijo terpikat dengan Raden Adjeng Woengoe, putri Regent Jarak yang sangat cantik. Di akhir cerita, ketegangan mendapat penyelesaian. Kebebasan memilih dan bercinta diangkat ketika Hijo tidak langsung setuju pada pilihan orangtuanya akan tetapi mencari idamannya. Rumus perjodohan berubah. Hijo dijodohkan dan menikah dengan Woengoe, sementara Biroe dengan Raden Mas Wardojo kakak laki-laki Woengoe. Semua, baik yang menjodohkan dan yang dijodohkan, menerima dan bahagia.